Kapan Krakatau Meletus?

Krakatau adalah pulau vulkanik di Selat Sunda, yang terletak di antara pulau Jawa dan Sumatra di provinsi Lampung, Indonesia. Selain pulau besar, Krakatau sering digunakan untuk merujuk ke pulau-pulau kecil di sekitarnya. Letusan Krakatau adalah salah satu aktivitas gunung berapi paling kejam dalam sejarah. Letusannya adalah puncak dari serangkaian ledakan besar yang dimulai pada 26 Agustus 1883, dan memuncak keesokan paginya, ketika sekitar 70% pulau dan daerah sekitarnya hancur dan runtuh menjadi kaldera atau kawah gunung berapi. Letusan Krakatau mengakibatkan kehancuran besar-besaran dan ribuan kematian. Sebuah pulau baru, yang dikenal sebagai Anak Krakatau, yang berarti "anak Krakatau, " juga muncul setelah letusan.

Mulai dari Erupsi

Tahun-tahun sebelumnya 1883 ditandai dengan aktivitas seismik yang intens di sekitar gunung berapi Krakatau. Faktanya, gempa bumi terasa sejauh Australia. Dimulai pada 20 Mei 1883, ventilasi uap mulai terjadi, terutama dari salah satu dari tiga kerucut pulau itu, yang dikenal sebagai Perboewatan. Abu dari letusan mencapai ketinggian setinggi 20.000 kaki dan kebisingan dari ledakan bisa terdengar di Jakarta, yang berjarak sekitar 99 mil. Letusan berhenti pada akhir Mei selama beberapa minggu, hanya untuk memulai lagi pada 6 Juni. Pada hari ini, ledakan keras terdengar, diikuti oleh awan hitam tebal yang menutupi pulau itu selama lima hari. Awan hitam akhirnya dibersihkan oleh angin timur yang berlaku pada 24 Juni. Letusan yang sedang berlangsung menyebabkan pembentukan gelombang pasang yang luar biasa tinggi di daerah tersebut.

Erupsi Menguat

Letusan Krakatau meningkat pada tanggal 25 Agustus 1883, dan pada tanggal 26 Agustus gunung berapi telah mencapai fase paroksismal atau iklim. Pada jam 2:00 siang, awan hitam abu setinggi 17 mil sudah terlihat. Letusan berlanjut dan ledakan bisa didengar setiap sepuluh menit. Ashfall, disertai potongan batu apung panas, dilaporkan sejauh 12 mil jauhnya, dan tsunami kecil menghantam pantai pulau Sumatra dan Jawa antara pukul 6 pagi dan 5:00 sore. Empat ledakan besar terjadi pada hari berikutnya (27 Agustus), yang pertama terjadi di Perboewatan sekitar pukul 5.30 pagi. Ledakan pertama memicu tsunami, yang langsung menuju Telok Betong (Bandar Lampung). Ledakan kedua terjadi pada pukul 6:44 pagi di Danan, dan menyebabkan tsunami meluas ke timur dan barat. Ledakan ketiga dan terbesar terjadi pada pukul 10:02 pagi dan terdengar 1.930 mil jauhnya di Perth, Australia, dan juga di Pulau Rodrigue, yang terletak sekitar 3.000 mil jauhnya di Samudera Hindia. Kebisingan yang disebabkan oleh ledakan ketiga dianggap sebagai suara paling keras yang pernah terdengar dalam sejarah.

Ledakan Terakhir

Ledakan keempat dan terakhir Krakatau terjadi pada sekitar 10:41 pada hari yang sama, dan disebabkan ketika setengah dari gunung berapi Rakata terkoyak oleh tanah longsor. Ledakan itu menghasilkan gelombang tekanan berukuran 675 mph, dan sangat kuat sehingga beberapa barograf merekamnya tujuh kali dalam lima hari ke depan. Gelombang itu pergi dari gunung berapi ke titik antipodalnya dan mengelilingi bumi sekitar 3, 5 kali. Letusannya mencapai sekitar 310 desibel dan bisa didengar dengan jelas sekitar 3.100 mil jauhnya. Bahkan, suara itu sangat keras sehingga memecah gendang telinga para pelaut yang jauhnya 40 mil di Selat Sunda.