Henry Faulds - Tokoh Penting Sepanjang Sejarah

Henry Faulds tercatat dalam sejarah sebagai Doktor dan misionaris Skotlandia yang cakap, serta pelopor dalam identifikasi sidik jari. Namun, perannya yang signifikan dalam bidang sidik jari tidak sepenuhnya dihargai dalam masa hidupnya.

5. Kehidupan Awal

Henry Faulds lahir dari orang tua dengan cara sederhana di Beith, Ayrshire Utara pada 1 Juni 1843. Dia meninggalkan sekolah pada usia 13 tahun dan menjadi pegawai di Glasgow setelah itu dia mengambil kelas matematika, klasik, dan logika di Universitas Glasgow dimulai pada usia 21. Faulds kemudian mendaftar untuk belajar kedokteran di Anderson's College dari tempat ia lulus dengan lisensi dokter.

4. Karir

Faulds bergabung dengan para misionaris medis untuk Gereja Skotlandia, dan pada tahun 1872 dikerahkan ke sebuah rumah sakit untuk orang miskin di Darjeeling, British India. Pada 23 Juli 1873, ia mendapat surat pengangkatan untuk mendirikan misi medis di Jepang dari United Presbyterian Church of Scotland. Faulds dan istrinya, Isabella Wilson, berangkat ke Jepang pada bulan Desember itu. Pada tahun 1874, Faulds mengawasi pendirian misi bahasa Inggris pertama di Jepang lengkap dengan rumah sakit dan lembaga pengajaran. Faulds membuktikan bahwa ia adalah seorang dokter yang kompeten dan mendapatkan rasa hormat dari masyarakat Jepang. Saat menemani seorang teman arkeolog Edward S. Morse ke penggalian arkeologis, Faulds menjadi tertarik pada sidik jari yang terlihat oleh mereka yang telah membuat tembikar kuno. Dia secara ekstensif mempelajari ilmu sidik jari dan melakukan percobaan sebelum sampai pada kesimpulan bahwa sidik jari itu unik untuk setiap orang. Faulds kembali ke Inggris pada tahun 1886 di mana ia bekerja sebagai ahli bedah polisi.

3. Kontribusi Besar

Faulds dikreditkan dengan sejumlah kontribusi selama ia tinggal di Jepang. Dia mengekspos ahli bedah Jepang untuk metode antiseptik Dr. Joseph Lister. Dia mendirikan pusat penjaga pantai di kanal untuk mencegah tenggelam dan membantu menciptakan masyarakat Jepang pertama untuk orang buta, bernama Rakuzenkai. Pada tahun 1880, sebuah sekolah untuk orang buta didirikan dengan bantuan Faulds. Dia juga menghentikan epidemi rabies serta wabah kolera. Rumah Sakit Tsukiji miliknya, yang terletak di Tokyo, telah merawat 15.000 pasien pada tahun 1882. Faulds juga melakukan kegiatan lain selain obat-obatan seperti menulis banyak artikel akademik dan dua buku, serta memulai tiga majalah. Faulds juga merintis penelitian dalam sidik jari dan memberikan catatannya kepada naturalis Charles Darwin. Darwin merekomendasikan karya itu kepada Francis Galton yang kemudian menyerahkannya ke Masyarakat Antropologi London. Sebuah publikasi Faulds 'muncul dalam jurnal "Nature" pada tahun 1880, di mana ia menguraikan sidik jari dan menjelaskan bagaimana mereka dapat digunakan untuk mengidentifikasi penjahat.

2. Tantangan

Setelah publikasi Faulds pada tahun 1880, seorang pegawai negeri Inggris yang bekerja di India bernama Sir William Herschel menyampaikan surat kepada "Nature" yang mengatakan bahwa ia telah mengidentifikasi penjahat yang menggunakan sidik jari sejak tahun 1860. Herschel tidak membuat referensi apa pun mengenai potensi sidik jari dalam penggunaan forensik . Kontroversi yang pahit kemudian terjadi di antara kedua orang itu, di mana Faulds bersikeras bahwa dia telah ditipu karena haknya. Setelah Faulds kembali ke Inggris, sistem sidik jarinya bertemu dengan pemecatan dari Scotland Yard.

1. Kematian dan Warisan

Penggunaan sidik jari untuk mengidentifikasi penjahat diimplementasikan oleh Sir William James di India pada tahun 1860-an. Henry Faulds dikreditkan sebagai orang pertama yang menyarankan potensi penggunaan sidik jari dalam pekerjaan forensik. Francis Galton menggunakan gagasan Faulds untuk mempelajari penggunaan sidik jari dalam kriminologi yang kemudian diterima oleh pengadilan. Galton, bagaimanapun, gagal memuji Faulds. Klinik Tokyo yang didirikan Faulds menjadi Rumah Sakit Internasional St. Luke setelah dibeli oleh Ludolph Teusler.