Apa itu Tulip Mania?

Istilah Tulip Mania mengacu pada suatu masa dalam sejarah ketika umbi dari tanaman tulip modis mendapatkan nilai yang sangat tinggi tetapi secara dramatis berakhir. Tulip Mania terjadi di Belanda di mana warga telah memulai pertumbuhan bunga tulip. Gelembung spekulatif Mania runtuh pada bulan Februari 1637 yang mengarah ke krisis sosial ekonomi. Saat ini, frasa "Tulip Mania" disebutkan secara metaforis untuk menjelaskan gelembung ekonomi yang dinamis yang ditandai dengan penyimpangan nilai intrinsik dari harga aset aktual.

Informasi latar belakang

Benih dan umbi Tulip pertama diperkenalkan oleh Ogier de Busbecq dari Kekaisaran Ottoman ke Wina pada 1554. Pabrik Tulip kemudian didistribusikan di seluruh Eropa. Popularitas Tulip di Belanda berakar pada 1593 setelah ahli botani bernama Carolus Clusius menemukan bahwa itu mentolerir iklim Belanda.

Popularitas Tulip

Tulip menjadi sangat modis karena warna kelopak yang luar biasa yang tidak ditampilkan bunga lainnya di Belanda. Bunga adalah simbol status dan bohlam dipandang sebagai barang mewah. Warna Tulip, termasuk merah, kuning, merah muda, putih, dan ungu, adalah sebuah fenomena. Ada berbagai varietas tulip dengan beberapa berwarna mono dan lainnya multi-warna. Para pedagang menemukan nilai Tulip dan mulai membayar harga yang lebih tinggi. Pada 1634, pedagang Prancis mulai bersaing dengan pedagang Belanda untuk mendapatkan produk tersebut. Pada 1636, harga sudah tinggi yang menyebabkan Belanda menciptakan pasar formal di masa depan. Pasar di masa depan mengacu pada situasi di mana kontrak tertulis dibuat untuk membeli tulip pada akhir musim ketika bola lampu jatuh tempo. Tulip menjadi penghasil devisa terbesar keempat di Belanda setelah gin, ikan haring, dan keju.

Nilai Perbandingan Bola Tulip

Puncak Tulip Mania adalah selama musim dingin 1636-1637. Selama waktu ini, satu bohlam bisa menghasilkan sepuluh kali lipat pendapatan tahunan seorang pekerja kerajinan yang terlatih. Dalam satu contoh, 40 umbi diambil 100.000 Gembala Belanda dibandingkan dengan 12 domba gemuk yang akan menelan biaya hanya 120 Gembira Belanda. Pada periode yang sama, satu gelas minum yang terbuat dari perak hanya berharga 60 gulden (Guilder adalah unit mata uang sebelum Euro diperkenalkan.)

Runtuhnya Perdagangan Tulip

Indikator pertama runtuhnya Tulip terjadi di Haarlem. Pada hari lelang, pembeli gagal muncul. Ini disebabkan oleh wabah penyakit mematikan yang dikenal sebagai wabah Bubonic. Acara ini menandai dimulainya ledakan gelembung Tulip. Hari lelang berturut-turut menerima pedagang yang lebih rendah yang menawarkan harga lebih rendah. Pada Februari 1637, para pedagang tidak dapat memperoleh pembeli yang mau berinvestasi dengan harga yang meningkat. Realitas kerugian ditetapkan sebagai permintaan berkurang karenanya harga anjlok. Beberapa pedagang yang memiliki kontrak untuk membeli Tulip dengan nilai sepuluh kali lebih tinggi dari tarif yang berlaku dibiarkan dengan stok Tulip senilai seperempat dari harga pembelian. Pada pertengahan Februari 1637, pasar Tulip akhirnya runtuh.

Intervensi pemerintah

Pedagang Tulip yang telah berinvestasi sangat tinggi dengan spekulasi mencari intervensi dari pemerintah. Pemerintah membuat keputusan bahwa siapa pun yang terlibat dalam kontrak untuk membeli umbi di masa mendatang dapat menghindari kerugian tersebut dengan hanya membayar biaya pembatalan kontrak 10%. Baik petani dan pedagang mengalami kerugian besar. Pengadilan tidak dapat menegakkan kontrak karena perikatan tersebut diklasifikasikan sebagai perjudian. Meskipun dikenal sebagai zaman keemasan, Tulip Mania meninggalkan banyak orang dengan hutang besar sehingga lebih miskin.