Apa itu Gading Merah, Dan Bagaimana Perdagangannya Mengancam Rangkong?

Temui Rangkong Helm

Burung enggang helm yang "hampir punah" ( Rhinoplax vigil ) adalah burung langka dan unik yang ditemukan di Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Melayu. Burung-burung itu panjangnya antara 110 dan 120 sentimeter, dengan sepasang bulu ekor besar yang memanjang hingga 50 sentimeter. Mereka memiliki bulu kehitaman di bagian atas, dengan perut putih, kaki, dan ekor. Bulu ekor memiliki pita hitam di dekat ujung masing-masing bulu. Burung itu juga memiliki bercak tenggorokan yang keriput, berwarna merah jantan dan biru pucat hingga kehijauan pada betina. Ciri yang paling mencolok dari burung-burung besar ini adalah kasing merah mereka, struktur seperti helm di kepala yang menyumbang hampir 11% dari berat tubuh burung. Casque dimaksudkan untuk pertarungan head-to-head dengan laki-laki saingan, dan karenanya sangat sulit. Selain itu, tidak seperti kasing burung enggang lainnya, sifatnya benar-benar solid. Rangkong bertangkai bertangkai juga menggunakan pelindung mereka sebagai alat penggali untuk menggali kayu atau kulit busuk untuk mencari serangga dan mangsa lainnya. Buah-buahan seperti buah ara juga merupakan komponen penting dari diet burung-burung ini.

Perdagangan Gading Merah

Casque rangkong helm telah hari ini mendorong spesies ini ke ambang kepunahan, karena keserakahan manusia dan permintaan untuk ornamen dekoratif dan perhiasan yang terbuat dari casques rangkong, yang dikenal sebagai "gading merah", telah menyebabkan pembantaian luas anggota spesies ini. Pemusnahan burung untuk gading merah dimulai sejak 2.000 tahun yang lalu, ketika penduduk asli Kalimantan digunakan untuk membuat ornamen dari kasing rangkong yang mati. Perdagangan dengan Cina dimulai sekitar 700 M, dan berlanjut hingga Perang Dunia II, setelah itu hampir sepenuhnya menurun. Kotak tembakau, gesper ikat pinggang, patung-patung, dan perhiasan hanyalah beberapa produk yang dibuat dari gading merah yang berasal dari rangkong selama periode ini. Namun, pada 2012, perdagangan gading merah yang diperoleh dari rangkong helm kembali dimulai, dan gading itu tersedia di pasar gelap Asia Tenggara. Lebih jauh lagi, fakta bahwa gading merah lebih mudah diukir daripada gading putih yang diperoleh dari gading gajah dan bahkan lebih jarang ditemukan, gading merah dijadikan pilihan yang lebih menarik dan berfungsi sebagai simbol status yang lebih besar di antara orang-orang Asia yang lebih kaya. komunitas yang tidak peka terhadap kepunahan burung-burung besar ini.

Perburuan Tidak Terdeteksi

Skenario saat ini mengenai burung enggang helm tampak sangat suram. Sindikat kejahatan terorganisir dilaporkan telah menyebar ke seluruh hutan Kalimantan dan Sumatra, di mana penduduk setempat dipekerjakan untuk menembak masing-masing dan setiap rangkong yang terlihat sehingga setidaknya beberapa dari mereka berubah menjadi rangkong helm yang berharga. Keterlibatan penduduk setempat di daerah tersebut dalam perburuan burung telah membuat sangat sulit bagi pihak berwenang untuk terus memeriksa kejahatan lingkungan ini. Lebih dari 1.800 kasus ditangkap oleh pihak berwenang pada tahun 2010, dan pihak berwenang percaya bahwa upaya yang jauh lebih besar diperlukan untuk memeriksa perburuan burung rangkong yang tersebar luas ini.

Tingkat Permasalahan Ancaman

Saat ini, data yang cukup mengenai jumlah pasti dari Rangkong yang hidup di habitat asli mereka masih kurang. Namun, dari data laporan kejahatan, beberapa gagasan mengenai jumlah burung yang hilang setiap tahun dapat dengan mudah diperkirakan. Peneliti rangkong Yokyok Hadiprakarsa menyusun laporan tentang kematian rangkong helm pada tahun 2013 yang mengungkapkan beberapa data yang benar-benar mengejutkan. Disebutkan bahwa setiap bulan sekitar 500 burung ini menjadi korban perburuan liar di provinsi Kalimantan Indonesia saja. Dari sini cukup mudah dimengerti bahwa burung-burung ini menghilang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan yang, jika dibiarkan berlanjut, akan menyebabkan kematian total burung-burung ini dalam waktu dekat.

Upaya Konservasi

Burung enggang yang helm harus diselamatkan dengan cepat, karena sangat penting secara ekologis. Burung-burung ini adalah beberapa penyebar benih paling penting di hutan yang mereka huni. Mereka juga berkembang biak hanya setahun sekali, dan menghasilkan seekor anak ayam tunggal di setiap musim kawin. Induk burung tetap bersembunyi di lubang pohon selama lima bulan penuh dengan anak ayamnya, tergantung pada ayahnya untuk membawakan mereka berdua makanan. Pembunuhan tanpa ampun atas burung jantan sering membuat ibu dan anak ayam kelaparan akan makanan. Penebangan di hutan yang dihuni oleh rangkong berdampak lebih jauh terhadap burung-burung ini, karena seringkali pohon-pohon yang dihuni burung-burung ini ditebang bersama mereka di dalam.