Apa Barang Rendah Dan Barang Normal?

Barang inferior adalah barang yang mengurangi permintaan ketika pendapatan konsumen meningkat. Istilah inferioritas dalam konteks ini mengacu pada harga komoditas dan belum tentu kualitasnya. Misalnya, harga pakaian bekas lebih rendah daripada pakaian baru. Ketika pendapatan konsumen meningkat, mereka akan memilih pakaian baru, dan karenanya permintaan pakaian bekas berkurang. Layanan bus antar kota di AS adalah contoh lain. Lebih murah menggunakan layanan bus daripada menggunakan udara tetapi juga memakan waktu. Ketika pendapatan meningkat, orang akan menggunakan transportasi karena pendapatan sekali pakai mereka cukup untuk memungkinkan pengeluaran tersebut. Di sisi lain, barang normal mengacu pada barang yang permintaannya meningkat dengan meningkatnya pendapatan konsumen. Ada kelas tertentu dari produk inferior yang bertentangan dengan undang-undang ini dan dikenal sebagai barang Giffen. Misalnya, di Palestina, harga kentang tinggi karena pasokan rendah, tetapi di Irlandia, kentang dianggap sebagai komoditas bagi orang miskin dan kebanyakan orang akan berusaha menghindarinya. Orang miskin tidak dapat membeli produk yang lebih mewah seperti daging dan telur dan malah meningkatkan konsumsi sayuran.

Peran Barang Rendah dan Normal dalam Ekonomi

Barang-barang inferior sangat diminati oleh orang-orang yang berpenghasilan rendah. Pengetahuan dalam kelas-kelas produk ini telah menyebabkan berbagai kelas bisnis. Sebagai contoh, di Afrika, bisnis barang bekas adalah bisnis yang sedang booming yang menargetkan para berpenghasilan rendah. Di sisi lain, toko berantai seperti Urban Outfitters juga bermunculan. Sebagian besar pemerintah akan mengenakan pajak kepada pedagang yang berurusan dengan barang-barang inferior lebih lunak dibandingkan dengan mereka yang menjual barang-barang normal. Dengan demikian beban biaya berkurang pada mereka yang berpenghasilan rendah.

Aplikasi yang Relevan

Pemerintah dan peneliti dapat menggunakan permintaan dan penawaran barang yang lebih rendah dan normal untuk mengukur standar hidup di suatu negara. Peningkatan permintaan barang inferior dan pada saat yang sama penurunan umum permintaan barang normal menandakan masa ekonomi yang buruk dalam perekonomian tertentu.

Evolusi Seiring Waktu

Di masa lalu, barang inferior umumnya dianggap berkualitas rendah. Ini bahkan akan termasuk produk manja seperti telur yang rusak dan sepatu dengan cacat produksi. Namun, seiring waktu, sebagian besar konsumen telah menjadi sadar biaya, dan perusahaan telah datang untuk memproduksi barang yang lebih rendah sebagai produk utama mereka. Beberapa negara seperti China dikenal karena produksinya yang seperti itu, terutama dalam bidang elektronik. Di sisi lain, negara-negara seperti Jerman dan Jepang terkenal untuk menghasilkan produk normal dan unggul, terutama di industri motor. Seorang konsumen akan dengan mudah dapat mengetahui di mana untuk membeli sesuai dengan daya belinya.

Pujian dan Kritik Konsep

Ekonom memuji klasifikasi produk sebagai inferior atau normal, dengan alasan bahwa hal itu membantu konsumen yang lebih miskin untuk menikmati utilitas seperti halnya orang kaya. Misalnya, pencari nafkah berpenghasilan rendah dapat membeli sepeda untuk anaknya bukan sepeda motor. Anak itu akan memiliki kepuasan yang hampir sama dari sepeda seperti anak yang membeli sepeda motor. Contoh lain adalah seseorang yang bepergian menggunakan bus, dan yang lain menggunakan pesawat. Keduanya akan mencapai tujuan mereka, tetapi orang yang menggunakan bus akan melakukannya dengan biaya lebih rendah. Namun, para kritikus berpendapat bahwa ada begitu banyak faktor yang menentukan permintaan komoditas dan tidak hanya pendapatan konsumen dan nilai komoditas. Faktor-faktor seperti selera dan preferensi, usia, ketersediaan pengganti dan suplemen, dan juga usia memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan komoditas apa pun.