12 Negara Dominasi Pembakaran Bahan Bakar Padat Untuk Energi

Pada 2010, proporsi orang yang menggunakan bahan bakar padat menurun secara global menjadi 41%. Namun, masih ada hampir tiga miliar orang di seluruh dunia yang masih bergantung pada bahan bakar padat untuk keperluan memasak dan pemanas rumah tangga. Di Afrika, proporsi penduduk yang bergantung pada bahan bakar padat sebenarnya masih meningkat dan 77%. Di Asia Tenggara, 61% populasi menggunakan bahan bakar padat. Penggunaan variasi bahan bakar ini berkisar dari 46% di Pasifik Barat, hingga 35% di Mediterania Timur dan kurang dari 20% di Eropa dan Amerika.

Pola penggunaan bahan bakar padat

Bahan bakar padat digunakan di Afrika, Asia, dan Amerika Latin di rumah tangga pedesaan dan perkotaan. Di Amerika Latin. Hanya ada beberapa negara yang mengandalkan bahan bakar padat. Di sebagian besar yang lain, hanya sebagian kecil dari populasi, hingga 10%, yang menggunakan bahan bakar padat. Secara umum, penggunaan bahan bakar padat lebih umum di masyarakat pedesaan daripada perkotaan. Misalnya, 99, 9% masyarakat pedesaan di Burundi dan Ethiopia menggunakan bahan bakar padat, sementara penggunaannya di antara masyarakat perkotaan di Ethiopia (72, 9%) lebih sedikit daripada di Burundi (98, 1%). Pilihan bahan tergantung pada ketersediaan dan tingkat pendapatan rumah tangga. Di daerah pedesaan bahan bakar pilihan adalah biomassa dan limbah. Di daerah perkotaan, itu adalah kayu, arang, dan batu bara. Kue atau bola kotoran biasanya digunakan di Asia dan Amerika Latin, sedangkan kayu, cabang, dan bagian tanaman lainnya adalah sumber umum bahan bakar padat di Afrika dan Asia. Bahan bakar padat seperti kayu, residu gambut dan tanaman atau limbah hewan dianggap sebagai bahan bakar bersih, karena tidak mengandung kontaminan. Namun, mereka digunakan dalam tungku tradisional atau api terbuka yang meningkatkan risiko polusi dalam ruangan dan lingkungan, serta emisi gas rumah kaca. Batubara memiliki dampak kesehatan dan lingkungan yang berbeda karena mengandung beberapa kontaminan beracun seperti belerang, merkuri, timbal, arsenik, fluor, dll. Ada emisi partikel yang rendah ketika dibakar dalam kompor sederhana. Namun, karbon monoksida yang dilepaskan selama penggunaan batubara dalam beberapa kasus menyebabkan keracunan semalam di rumah tangga, dan produksi batubara mencemari. Selain itu, batubara dan gambut tidak dapat diperbarui karena pembentukannya membutuhkan jutaan tahun.

Mengubah tren

Dengan meningkatnya kemakmuran, orang cenderung beralih bahan bakar mereka secara progresif dari biomassa dan limbah menjadi kayu dan arang, kemudian ke batubara. Semakin tinggi dalam hierarki energi datanglah bahan bakar fosil cair dan gas serta listrik. Sementara individu mandiri dalam mengumpulkan atau memproduksi biomassa, pasokan bahan bakar fosil dan listrik tergantung pada pemerintah dan lembaga swasta. Akibatnya, ketersediaan bahan bakar yang lebih mahal ini bisa tidak merata. Akses universal ke bahan bakar fosil dan listrik juga terhalang oleh ekspansi cepat masyarakat perkotaan sebagai akibat migrasi dari daerah pedesaan. Konversi ke bahan bakar non-padat ditutupi oleh peningkatan populasi di negara-negara ini sehingga penggunaan global bahan bakar padat saat ini adalah yang tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.

12 Negara Paling Tergantung Pada Pembakaran Bahan Bakar Padat Untuk Energi

PangkatNegara% Populasi dengan Akses ke Bahan Bakar Non-Padat
1Guinea-Bissau2, 0%
2Mali2, 0%
3Rwanda2, 0%
4Burundi2, 0%
5Liberia2, 0%
6Madagaskar2, 0%
7Sierra Leone2, 0%
8Sudan Selatan2, 5%
9Guinea2, 6%
10Laos3, 1%
11Etiopia3, 1%
12Republik Afrika Tengah5, 1%