Martin Luther King Jr. - Tokoh Penting dalam Sejarah AS

Masa muda

Martin Luther King Jr. lahir sebagai Michael King, Jr pada 15 Januari 1929, di Atlanta, Georgia. Baik kakek dan ayahnya menikah adalah menteri Gereja Baptis, dan karena itu ia tumbuh dalam lingkungan yang sangat religius. Dia memasuki sekolah umum pada usia 5, dan menghadiri SMA Booker T. Washington. Dia adalah siswa yang luar biasa dan melewatkan dua nilai, memasuki Morehouse College di Atlanta ketika dia baru berusia 15 tahun. Pada tahun 1948, King lulus dengan gelar Sosiologi, dan kemudian menghadiri Seminari Teologi Crozer. Setelah lulus, ia mendaftar di Boston University dan memperoleh gelar Ph.D. pada saat dia berusia 25 tahun.

Karier

King menjadi pendeta di Gereja Baptis Dexter Avenue Montgomery, Alabama pada tahun 1954. Setelah menerima posisi ini, ia segera menjadi semakin terlibat dalam perjuangan hak-hak sipil setempat dan dengan Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP). Setelah Rosa Parks ditangkap karena dia menolak untuk menyerahkan kursinya di bus kota umum kepada orang kulit putih, pemimpin NAACP setempat ED Nixon bertemu dengan King untuk merencanakan boikot bus di seluruh kota. King dipilih untuk memimpin boikot, dan ia membuat serangkaian pidato penting selama boikot. Peristiwa itu, yang berlangsung selama 381 hari, pada akhirnya memaksa kota Montgomery untuk mencabut banyak undang-undang pemisahan rasialnya. Setelah itu, King membantu memfasilitasi dan mendukung banyak gerakan boikot dan protes di sejumlah kota lain, dan dengan melakukan itu ia menjadi tokoh terkenal di Gerakan Hak Sipil AS.

Kontribusi Besar

Mulai tahun 1963, King mengorganisir serangkaian demonstrasi besar, yang pertama diadakan di pusat kota Birmingham, Alabama. King dipenjara bersama dengan banyak pendukungnya karena keterlibatannya dengan itu, dan selama di penjara setelahnya ia menulis "Surat dari Penjara Birmingham" yang terkenal itu. Surat ini mengungkapkan teorinya tentang non-kekerasan dan pembangkangan sipil, yang keduanya menjadi landasan teoretis dan lampu penuntun upaya hak-hak sipil lainnya untuk diikuti, tidak hanya di AS tetapi juga di seluruh dunia. Kemudian pada tahun itu, Raja dan banyak aktivis hak-hak sipil lainnya menyelenggarakan "March on Washington" yang bersejarah, yang secara langsung melibatkan lebih dari 200.000 peserta. Di sana, ia menyampaikan pidato terkenal "I Have a Dream". Upaya King yang berdedikasi dan efektif secara langsung berkontribusi pada pengesahan Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964, yang melarang diskriminasi di semua fasilitasi milik publik, dan mengizinkan pemerintah Federal untuk memisahkan semua akomodasi publik.

Tantangan

Meskipun Gerakan Hak-Hak Sipil mencapai kesuksesan besar dan menerima lebih banyak dan lebih banyak dukungan seiring berjalannya waktu, King dan rekan-rekan aktivisnya juga menghadapi meningkatnya permusuhan dan agresi dengan orang-orang yang tidak senang dengan perubahan tersebut. Demonstrasi dan pawai terkadang bertemu dengan kekerasan dan kerusuhan polisi. Gereja juga mengeluarkan perintah penahanan untuk menghentikan pawai. Menghadapi tantangan seperti itu, King tidak mundur, meskipun ia berubah menjadi taktik yang lebih ringan, yang secara tidak sengaja mengasingkan banyak anggota gerakan yang lebih muda dan lebih agresif. Pendekatan dan kekerasannya terhadap warga kelas menengah kulit putih juga membuat jengkel banyak militan kulit hitam, yang menganggap metodenya tidak efektif dan lemah. Menghadapi kritik seperti itu, King berusaha menarik hubungan antara diskriminasi dan kemiskinan, dan untuk mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh semua orang, kulit hitam, kulit putih, atau lainnya, juga.

Kematian dan Warisan

Martin Luther King, Jr. dibunuh pada 4 April 1968, di balkon di luar kamarnya di Lorraine Motel di Memphis, Tennessee. Dia baru berusia 39 tahun. Meskipun kematiannya menimbulkan kerusuhan dan demonstrasi di seluruh negeri, Raja akhirnya meninggalkan warisan damai yang mendalam di belakangnya. Dia adalah aktivis Afrika-Amerika yang paling terkenal dan pemimpin hak-hak sipil. Ratusan tempat umum dan Hari Libur Nasional AS dinamai menurut namanya hari ini, dan dia dianugerahi lebih dari lima puluh gelar kehormatan. Dia sama sekali bukan orang yang sempurna yang menyelesaikan semua masalah negaranya, tetapi dedikasinya, keberanian, kefasihan, dan keyakinannya membantu membawa perubahan signifikan dalam kondisi dan persepsi orang Afrika-Amerika di AS. Komitmennya terhadap anti-kekerasan dan pembangkangan sipil masih mengilhami orang-orang yang memerangi ketidakadilan dan penindasan di seluruh dunia sampai hari ini.