Maria Sibylla Merian: Ilmuwan Terkenal dalam Sejarah

Masa muda

Kehidupan salah satu ahli entomologi wanita pertama di dunia dimulai pada 2 April 1647, di Frankfurt, Jerman. Maria Sibylla Merian adalah putri Matthaus Merian the Elder, seorang pengukir dari Swiss dan pemilik salah satu penerbit terbesar di Eropa pada abad ke-17. Dia meninggal ketika dia berusia tiga tahun. Tak lama setelah kematian ayahnya, ibu Maria menikah lagi. Ayah tirinya, Jacob Miller, adalah seorang pelukis yang masih hidup, dan mendorong Maria untuk melukis bunga. Dia mengajarinya menggambar, mencampur cat, melukis dengan cat air, dan membuat cetakan. Tertarik dengan perdagangan pembiakan ulat sutera yang diperkenalkan di Frankfurt pada saat itu, Maria telah mengamati metamorfosis ulat pada saat dia berusia tiga belas tahun, yang merupakan penemuan yang mendahului akun-akun lain yang dipublikasikan hampir sepuluh tahun.

Karier

Pada usia delapan belas tahun, Maria menikah dengan salah satu murid ayah tirinya, Johann Andres Graff. Mereka pindah ke Nuremberg dua tahun kemudian pada tahun 1667, di mana Maria mengajar putri-putri keluarga kaya dalam seni menyulam dan melukis. Koneksi ini memberinya akses ke beberapa taman terbaik di daerah itu. Ketika berada di Nuremberg, ia melanjutkan penelitian dan gambarnya di bidang entomologi, memiliki dua anak perempuan sendiri, dan menerbitkan buku pertamanya: edisi tiga jilid berjudul Buku Bunga Baru . Buku keduanya, Caterpillar, Transformasi Ajaib Mereka dan Makanan Unik dari Bunga, diterbitkan pada tahun 1679. Setelah dua puluh tahun menikah, Maria menceraikan suaminya pada tahun 1685 karena "sifat buruknya yang memalukan", dan memindahkan kedua putrinya dan ibunya yang sudah lanjut usia ke sebuah Komune religius Labad di utara Amsterdam.

Penemuan

Ketika berada di komune religius, Maria melanjutkan penelitiannya, dengan fokus khusus pada spesimen serangga yang dibawa kembali dari komunitas religius Labadis di Suriname di Amerika Selatan. Dengan keruntuhan keuangan koloni agama pada tahun 1691, ia pindah ke Amsterdam di mana ia dan putrinya mendirikan sebuah studio. Perbedaan dan ketenarannya memungkinkan aksesnya ke banyak koleksi serangga saat berada di Amsterdam. Maria mendokumentasikan ngengat dan kupu-kupu dalam berbagai tahap metamorfosis, menjelaskan dengan sangat rinci warna, bentuk, dan waktu dari setiap tahap. Melalui studinya, penelitian, dan lukisan, dan dengan mengambil pendekatan yang lebih ekologis untuk penelitian, Maria mampu menunjukkan bahwa ulat memang melalui metamorfosis, dan tidak mereproduksi melalui generasi spontan dari materi yang membusuk, seperti pemikiran umum dari hari itu

Tantangan

Karena bosan dengan spesimen terbatas yang tersedia baginya di Amsterdam, Maria menjual semua yang dimilikinya pada tahun 1699 dan, dengan putri bungsunya di belakangnya, berlayar ke koloni Belanda di Suriname di Amerika Selatan. Cuaca panas dan lembab, dan meskipun hutan dipenuhi dengan spesimen hidup untuk dia pelajari, itu adalah tempat yang berbahaya. Namun, dengan keterampilan pengamatannya yang tajam, Maria menemukan banyak hal tentang serangga, iklim, tanaman, dan hewan di daerah itu. Dia juga mengamati perlakuan Belanda terhadap budak, yang memberi dunia kisah sejarah mendalam tentang kehidupan sehari-hari di Suriname pada saat itu. Dua tahun dalam penelitiannya di sana, Maria menjadi sakit malaria dan itu, ditambah dengan iklim yang panas, menyebabkan dia kembali ke Amsterdam. Setelah kembali ke sana, ia menerbitkan karyanya yang berpengaruh pada temuannya sebagai Metamorphosis Insectorum Surinamensium .

Kematian dan Warisan

Maria lumpuh sebagian karena stroke pada 1715, dan meninggal di Amsterdam pada 1717. Anak-anak perempuannya membantu menerbitkan volume ketiganya dari seri metamorfosis. Selama karirnya yang luar biasa, Maria dengan susah payah menggambarkan siklus hidup lebih dari 186 spesies serangga. Dia merevolusi bidang entomologi dengan ilustrasinya yang detail dan indah, dan membantu menempatkan bidang entomologi di atas fondasi yang lebih mapan. Karena karyanya diterbitkan dalam bahasa Jerman dan bukan bahasa Latin, ini memungkinkan lebih banyak orang awam mengakses penelitiannya dengan lebih mudah. Buku-bukunya sangat populer sehingga ada 19 edisi yang diterbitkan antara 1665 dan 1771. Tsar Rusia Peter I, yang mengagumi Maria, menggantung potretnya di ruang kerjanya, sementara Johann Wolfgang von Goethe mengagumi kemampuannya untuk secara bersamaan menggambarkan ilmu pengetahuan dan seni dalam lukisannya. Fotonya pernah menghiasi uang kertas 500 Deutschmark, serta menemukan jalannya ke banyak perangko Jerman. Banyak sekolah dinamai Maria, serta kapal penelitian modern yang diluncurkan di Jerman. Selain itu, enam tanaman, dua kumbang, dan sembilan kupu-kupu telah dinamai untuk menghormatinya.