Di Mana Di Dunia, Manusia Memiliki Kehidupan Terpanjang?

Misteri Evolusi Manusia

Misteri evolusi manusia telah menjadi topik banyak perdebatan di antara para ilmuwan di seluruh dunia. Seluruh cabang ilmu pengetahuan, paleoanthropologi, didedikasikan untuk menemukan bagaimana dan dari mana manusia berevolusi. Sepanjang akhir abad ke-19 dan awal ke-20, komunitas ilmiah tidak menyetujui jawabannya.

Pada tahun 1871, Charles Darwin menerbitkan The Descent of Man di mana ia berhipotesis bahwa manusia mungkin telah berevolusi di Afrika. Hipotesisnya didasarkan pada fakta bahwa simpanse dan gorila, kerabat terdekat manusia, tinggal di sana. Namun, pada awal abad ke-20, Neanderthal telah ditemukan di Eropa dan Homo erectus di Asia. Penemuan ini membuat sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa manusia telah berevolusi di suatu tempat di Eropa atau Asia.

"Kera Selatan Afrika"

Penemuan fosil berusia 2, 3 juta tahun yang mirip manusia di Afrika Selatan pada tahun 1924 mengubah segalanya tentang teori evolusi manusia. Penemuan itu bernama Australopithecus africanus (yang diterjemahkan menjadi Kera Selatan Afrika) dan menghasilkan teori baru tentang tempat kelahiran kemanusiaan modern. Teori ini tidak siap diterima oleh komunitas ilmiah sampai tahun 1930-an dan 1940-an ketika lebih banyak fosil yang sama ditemukan di Afrika Selatan. Untuk lebih mendukung teori baru ini, fosil Eropa yang ditemukan sebelumnya yang dikenal sebagai Manusia Piltdown bertekad untuk menjadi tipuan.

Tempat lahir umat manusia

Dengan informasi baru ini, sebagian besar ilmuwan telah sepakat bahwa Afrika adalah tempat lahir manusia. Faktanya, gua batu kapur seluas 180 mil persegi tempat Australopithecus africanus ditemukan sekarang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, bernama Cradle of Humankind. Gua-gua ini telah menyediakan penelitian selama beberapa dekade yang menunjuk ke Afrika sebagai benua yang paling lama dihuni di dunia. Di sini, para ilmuwan telah menemukan koleksi fosil hominid terbesar kedua di dunia dan bukti api tertua yang dikendalikan (lebih dari 1 juta tahun). Selain itu, Cradle of Humankind adalah rumah bagi penggalian fosil yang berlangsung paling lama di dunia. Baru-baru ini, sekelompok ilmuwan speleologis menemukan sekitar 1.200 fosil hominid yang tidak dikenal dan pada 2015, spesies baru ditemukan, Homo naledi. Penemuan nenek moyang manusia ini datang dengan wawasan lain: manusia modern bukan satu-satunya spesies hominid yang menguburkan mayat mereka. Sebelumnya dianggap bahwa ritual penguburan hanya dilakukan oleh Homo sapiens hari ini .

Afrika Selatan atau Afrika Timur?

Bahwa Afrika adalah benua yang paling lama dihuni di dunia tampaknya tidak lagi dipertanyakan. Sekarang, para ilmuwan berusaha untuk menentukan dengan tepat di mana di benua Afrika manusia telah tinggal paling lama. Dengan kata lain, di mana tepatnya di Afrika tempat kelahiran umat manusia?

Tidak lama setelah penemuan Australopithecus africanus di Afrika Selatan, para ilmuwan menggali spesies baru Homo habilis di Ngarai Olduvai di Tanzania. Homo habilis berasal dari zaman yang hampir sama dengan fosil yang ditemukan di Afrika Selatan. Diyakini sebagai nenek moyang spesies Homo erectus . Pada 1974, Australopithecus afarensis ditemukan di Ethiopia. Fosil ini berasal dari 3, 2 juta tahun yang lalu dan merupakan nenek moyang Homo habilis . Penemuan ini penting karena menunjukkan bahwa manusia modern berevolusi dari spesies di Afrika Timur. Fosil yang ditemukan di Afrika Selatan diyakini milik garis spesies manusia yang punah.

Walaupun ini tampaknya memecahkan misteri benua yang paling lama dihuni dan evolusi manusia, penting untuk menunjukkan bahwa 97% dari benua Afrika tetap belum dijelajahi oleh para paleoanthropologi dan ilmuwan pencari fosil lainnya.